Monday, November 30, 2009

tiba-tiba aku tak berani merindumu

aku tak berani memanggil namamu
aku tak berani memandangmu
aku tak berani mendekatimu
aku tak berani menyentuhmu
aku tak berani memelukmu
aku tak berani menciummu




lakukanlah untukku
buat aku
berani
lagi.

Saturday, November 28, 2009

jangan....

jangan di depan toko
jangan di halte bis
jangan di samping pasar
jangan di pangkalan taksi
jangan di pom bensin
jangan di bawah pohon randu
jangan di jembatan
jangan di warung kopi

jangan temui aku.

Monday, November 23, 2009

karena aku bukan perenang yang baik

maka aku hanya mengambil jarak lebar kolam
meminggir di pinggir paling pinggir
supaya aku dapat berpegang pinggiran kolam
ketika hilang berenang

karena aku bukan perenang yang baik
maka sebegitu saja jarak tempuhku
mengayuh kaki dan lengan
sebentar lalu habis

karena aku bukan perenang yang baik
maka nafasku sering tersengal
ketika harus kuhembus malah kuhirup
lalu air memenuhi paru-paruku

...

dan lihatlah engkau yang begitu lihai mengatur gerak nafasmu
sedang aku tersengal tersedak
di sampingmu.

Wednesday, November 18, 2009

flashback flashback

then I realized I've misunderstood
this wasn't what I meant to be
never thought this is how it be

flashback flashback
and
suddenly I want to pull back

Monday, November 9, 2009

rejection (acception)

because good bye hurts
while staying kills

denial is useless
confession is a shame

there is only confusion
of where
we
should stand.

Tuesday, November 3, 2009

cerpen nggambus (tentang lelaki dan perempuan nggambus)

Lelaki1 mendekap perempuan. Keduanya diam dalam hening menggeluti jutaan perasaan tak terdefinisikan. Banyak hal ingin disampaikan. Tapi perlukah jika sudah dirasakan?
Perempuan tenggelam dalam dekapan. Mendengar bisik lirih tertahan yang nyaris tak sanggup terucapkan, 'aku sangat sayang padamu'

***

Perempuan berkeliaran di keramaian. Lelaki1 berkeliaran di keramaian. Namun tak pernah keduanya bersinggungan. Lelaki1 mennyimpan keindahan untuk dirinya sendiri. Pengakuan tertahan yang sempat tersampaikan seperti terlupa. Perempuan ingin berteriak tentang cinta milik mereka, namun tak kuasa.

Bukan. Tidaklah dia terlupa. Lelaki1 tak mau tunjukkan pada dunia, perasaannya kepada perempuan. Betapa ketidaklaziman butuh kegilaan untuk ditunjukkan. Tak cukup hanya keberanian. Dan dia belum gila.

Perempuan menggamit Lelaki2, bermesra di depan mata dunia -- dan Lelaki1. Bukan. Tidaklah karena dia berpindah hati. Perempuan ingin menggugah Lelaki1 bahwa cinta mereka bukanlah tabu. Hanya ingin membakar cemburu.

Lelaki1 menyentuh perlahan jemari Perempuan, dan berlalu.

***

Perempuan menggelayutkan tangan di bahu Lelaki1 yang diam mematung bisu. Belaian di pipi tak bangunkan. Perempuan mendekatkan wajah...
'selamat tinggal' bisik Lelaki1 lirih tert ahan yang nyaris tak sanggup terucapkan.

Perempuan sendirian memikul berkarung beban di bahu: duka, kecewa, patah hati.

Sunday, November 1, 2009

membaca engkau membaca aku

menduga engkau menduga aku
meraba engkau meraba aku

maka kubangun dinding batu
di sekeliling
agar aku bisa berlindung dari terkaanmu

kau melangkah seperti yang kuinginkan
kau bergerak seperti yang kuangankan
dan itu menakutkan.